Midnight Madness : Hiatus
Kurasa tubuhku terurai dan tepecah belah di luar angkasa, kesadaranku melayang entah kemana dan dadaku merasakan hal monoton paling manis yang disebut normal. Semuanya baik-baik saja karena aku tidak merasakan apapun, pikiranku terlalu sibuk untuk merespon. Mengapung di permukaan dan membiarkan jasadku hancur tenggelam. Aku menyeberangi portal dimensi menuju kenyataan lain. Memisahkan kesadaranku dari dunia nyata setelah bunyi debam yang biasanya menggema kini berhenti tanpa tanda. Semuanya lenyap begitu saja. Hingga mataku terbuka dan mendapati diriku terbangun di tempat yang gelap dengan cahaya remang-remang. Sebuah ruangan tanpa dinding batas, tanpa atap, yang ada hanya lantai basah tergenang air disemua penjuru tempat. Aku pulang. *** Yang paling aku rindukan dari tempat ini adalah pebatasan di ujung pintu taman labirin. Sebuah jurang yang memisahkan dataran suram dan gelap di ujung sana dengan tanah di rumahku. “Kau tidak pernah bilang ada apa di ...